25 Februari 2009

ANGGUN


Secara tak sengaja, malam itu saya nonton BUKAN EMPAT MATA dengan bintang tamu ANGGUN (C Sasmi). Sepertinya Anggun ke Indonesia dalam rangka promosi albumnya + produk-produk yang dibintanginya, karena terlihat aktivitas berpromosi yang meningkat dari produk-produk tersebut.
Selama ini saya sebatas mengamati Anggun dengan perasaan kagum karena dia tambah cantik, seksi dan sukses membawa nama harum bangsa dalam menapak karier internasionalnya. Tapi sungguh, baru kali itulah saya melihat secara langsung (langsung di TV maksudnya) wawancara dengannya. Ternyata Anggun memiliki banyak facet kepribadian yang tidak sekedar menarik untuk disimak namun juga menjadi bahan refleksi dan perenungan diri.


ANGGUN SEBAGAI SEORANG PENYANYI
Kita semua melihat metamorfosis Anggun dari penyanyi remaja yang ceria dengan celana pendek, sepatu boot dan topi baretnya yang khas menjelma menjadi penyanyi wanita yang anggun, seksi & matang. Apapun gaya yang dipilihnya, Anggun selalu konsisten dalam mendampilkan citranya. Yang juga menjadi semakin kuat adalah kemampuan alah vokalnya. Sekalipun demikian, Anggun tetaplah orang yang rendah hati. Ketika di acara itu dihadirkan Candil ex Serieus sebagai “tamu misterius”nya, Anggun langsung berkomentar
“Saya mengagumi Mas Candil. Mas Candil ini saya anggap Mariah Carey-nya Indonesia karena kemampuan vokalnya dalam menjelajahi nada-nada tinggi!”
Wah, kalau saya sudah se level Anggun, apakah saya masih melihat Candil sebagai orang yang saya kagumi ya? Atau saya hanya melihat penyanyi-penyanyi top dunia sebagai idola saya?


ANGGUN SEBAGAI SEORANG PROFESIONAL
Kesan yang juga kuat menancap di benak saya setelah meyaksikan acara tersebut adalah : Anggun tahu apa yang akan diraihnya, apa yang harus dilakukannya, dan yang lebih penting lagi, apa yang tidak perlu dilakukannya.
Cerita bagaimana dia memutuskan meninggalkan Indonesia untuk karirnya, telah kita ketahui semua. Juga cerita bagaimana Anggun adalah seorang pribadi yang berprinsip & perfeksionis, yang menginginkan semua yang terbaik baik dari dirinya sendiri, maupun dari orang-orang yang bekerja di sekitar dia. Secara nalar saja, orang tanpa prinsip kuat & mengejar kualitas tinggi (perfeksionis) tidak akan mencapai hasil yang optimal. Terlebih untuk go international yang sangat ketat persaingannya
Tapi yang baru diketahui, paling tidak menurut saya, adalah bagaimana dia menolak tawaran untuk berperan sebagai Gadis Bond di film The World is Not Enough! Kenapa?
“Buat apa? Saya tidak dapat apa-apa di situ. Tampil sebentar, dicium sana dicium sini, …. lalu sudah! Apa manfaat ke depannya untuk saya? Tidak ada! Jadi buat apa saya harus melakukannya?”
Saya tidak membayangkan hal ini akan terjadi jika tawaran itu ditujukan ke penyanyi Indonesia lainnya. Apakah mereka juga akan berpikir seperti Anggun atau langsung menyambar penawaran itu “mumpung ada kesempatan”?


ANGGUN SEBAGAI ORANG INDONESIA
Sebenarnya banyak yang menyesalkan pergantian kewarganegaraan Anggun menjadi Warga Negara Perancis, dan mengkhawatirkan kikisnya keindonesiaan Anggun. Lalu apakah masih ada keindonesiaan yang tersisa dalam diri Anggun untuk diteruskan ke Kirana? Dengan cepat & yakin Anggun menjawab keraguan itu.
“Saya hanya berbicara dalam bahasa Indonesia dengan Kirana! Mbak, tolong ambilkan bola merah yang ada di balik pintu” katanya sambil mencontohkan
Jawaban itu, menurut saya benar-benar tak terduga dan sangat valid menegasi keraguan orang mengenai derajat keindonesiaan Anggun. Saya jadi teringat kuliah dosen Pengantar Ilmu Sosiologi Bp Prof Dr Soedjito yang menceritakan perdebatan tentang nasionalisme antara orang India & orang Thailand. Orang India meng-klaim mereka lebih nasionalis daripada orang Thailand, karena orang India mengenakan pakaian tradisional mereka sebagai pakaian sehari-hari. Sebaliknya orang Thailand mengatakan justru merekalah yang lebih nasionalis karena meskipun mereka mengenakan pakaian ‘internasional’, mereka sehari-hari berbahasa Thai!
Jadi, mana yang lebih nasionalis, tetap warganegara Indonesia tapi mengajarkan bahasa Perancis sebagai bahasa Ibu atau warganegara Perancis tapi berbahasa Indonesia?


ANGGUN SEBAGAI SEORANG PEREMPUAN & IBU
Beberapa kali Anggun menyebutkan bahwa dia sudah menunggu selama enam tahun sebelum akhirnya dia diberi kesempatan menjadi seorang Ibu dari Kirana Cipta Montana. Dan dia menyebutkan bagaimana segala sesuatunya menjadi berbeda hanya karena dia sudah menjadi seorang Ibu
“Semuanya seperti menjadi suatu keajaiban, bahkan untuk hal-hal yang sudah biasa saya lakukan. Pokoknya berbeda, semua menjadi luar biasa & lebih indah”
Dia juga bercerita bagaimana dia sekarang membatasi kegiatannya terutama yang di luar kota, sehingga tidak akan meninggalkan Kirana terlalu lama.
Melihat tingkat mobilitasnya sebagai wanita kosmopolitan, tentunya tekad itu memerlukan komitmen tinggi serta usaha yang luar biasa untuk mencapainya.
Jadi malu…, untuk saya yang tingkat mobilitasnya sebagian besar hanya sebatas Jakarta Selatan – Cimanggis, berapa jam sehari ya waktu yang tersedia untuk anak-anak?

Tapi selain hal-hal tersebut di atas, satu hal yang rasanya paling ‘menusuk’ saya adalah ketika Anggun membagi tips rahasia suksesnya. Menurut Anggun, sangat sederhana : Kalau punya mimpi, semustahil apapun itu, harus dikejar. Dan yang penting adalah
“MULAILAH UNTUK MELAKUKANNYA. Pokoknya, just do it. Gagal, tidak mengapa. Nanti bisa dicoba lagi! Yang penting kita sudah pernah memulai untuk mewujudkan niat, keinginan, cita-cita atau mimpi kita”
Kalimat itu bagaikan belati tajam yang menghujam dada saya . Baagaimana tidak? Banyak cita-cita, mimpi & keinginan saya belum terwujud, dan hampir semuanya karena sampai hari ini BELUM PERNAH SAYA MULAI untuk mencobanya! Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar: