27 Desember 2011

















































































































































































































































Am Addicted to Looklet Games





Ternyata aku addicted ke "Looklet"!





Looklet adalah sebuah virtual fashion designing game dengan pemain dari seluruh penjuru dunia. Games ini memungkinkan pemain untuk berperan sebagai fashion stylist dengan mix n match ribuan item yang ada, mulai dari hiasan rambut hingga gelang kaki. Mulai dari pakaian dalam hingga overcoat.










Games ini begitu realistik. Ya modelnya, ya koleksi itemnya (keren-keren, branded & tiap kali nambah item baru), ya latar belakangnya... Pemain bebas berkreativitas, memadu padan item yang ada sehingga membentuk "cerita" yang terkadang tak terbayangkan! Bahkan untuk stylist yang canggih (Toplist), mereka bisa menumpuk, mengkombinasikan dan bahkan mengganti efek atau background dengan sesuatu yang unik.










Bagiku, yang membuat Looklet ini menarik - selain mewadahi kreativitas tak terhingga dalam virtual fashion styling - games ini juga menyediakan wadah komunitas yang terhubung secara positif. Kita bisa memberikan komentar atau menyukai (dengan meng-klik tanda hati) look pemain lain, tapi tidak ada pilihan untuk meng-"hate" atau "dislike" suatu karya. Otomatis, semua akan berlomba untuk mencari nilai positif dari suatu look. Tapi, tidak ada kata ampun bagi copy cats (penyontek) yang mengklaim karya orang lain sebagai karya dia. Pemain yang di'rampok' karyanya akan memberikan warning & si copycats akan dikucilkan...







Tanggal 31 Januari 2012 ini, Looklet akan memakai format baru. Entah seperti apa, tapi saya berharap akan jauh lebih bagus dan membenahi kelemahan/kekurangan Looklet selama ini. Sayangnya, perubahan itu akan menghapus komunitas yang telah terbentuk dan karya2 kita juga akan hilang.... Untuk itu di sini aku akan share beberapa looks yang pernah kubuat (dengan nama Fikhar Fay atau Swasti)










21 Januari 2011

Cara Gampang Minum Air Putih 2 l Sehari



Kita semua pasti sudah mengerti kegunaan air putih pada tubuh kita. Bahkan ada terapi penyembuhan berbagai macam penyakit dengan air putih. Tapi, masih banyak orang yang susah minum air putih. Ada yang cuma sedikit bisa sedikit, ada yang tidak suka sama sekali! Saya tidak akan menggurui apalagi menyalahkan, karena sayapun termasuk salah satu yang susah minum air putih.

Ada sedikit cerita latar belakang, mengapa saya sampai susah minum air putih
(Terpaksa bongkar rahasia nih…)
Dulu, saya termasuk anak yang masih suka mengompol sampai usia agak besar. Sudah berbagai macam cara dilakukan, tapi tetap saja saya masih mengompol : disumpet (digantung, dengan posisi kepala di bawah), dipijat, sampai pusar digigit capung!

Namun dari semua cara-cara tersebut, yang paling “berkesan” buat saya adalah bahwa saya harus bangun di tengah malam untuk buang air kecil, dan tidak boleh minum (apalagi air putih) sejak sore!

Bukan suatu kesan yang baik tentunya, karena keduanya diiringi dengan ancaman dan menjadikan saya stress! Saya sering geragapan & ngelindur kalau malam dan yang lebih parah lagi, saya jadi “membenci” minum, karena membuat saya mengompol! Untuk hal terakhir ini, sepertinya tubuh saya berusaha mengadaptasi dengan perasaan tersebut, sehingga boleh dibilang saya tidak mengenal rasa haus!

Sedikit demi sedikit, saya disadarkan mengenai pentingnya minum (air putih) setelah beberapa kali merasa kena batunya : kulit saya sangat kering, tubuh saya kurus kecil, sering kena infeksi kandung kemih, dan yang paling keras menohok saya adalah ketidaksuburan (perlu waktu bertahun-tahun bagi saya untuk bisa hamil)!
Setelah muncul kesadaran mengenai perlunya minum (air putih), muncul masalah lain. Saya tidak suka rasa air putih! Sehingga usaha untuk memenuhi kebutuhan 2 liter air putih sehari menjadi terasa sangat berat.

Lama-kelamaan, seiring dengan bertambahnya kedewasaan (pfuii….), saya menemukan beberapa cara untuk memudahkan saya minum air putih. Sekalian kita hitung yuk, berapa banyak air putih yang kita minum
1. Setiap pagi, segera setelah bangun tidur – sebelum berkumur/gosok gigi atau wudhu - minum segelas (300 ml) air putih hangat. Supaya lebih ‘berasa’ saya tambahkan satu sendok makan madu (boleh juga dengan air jeruk lemon). Kita hitung, sudah ada 300 ml air putih yang masuk ke dalam tubuh kita. Mengapa satu gelas segera setelah bangun tidur?
a. Karena saya percaya, di dalam mulut kita terproduksi begitu banyak enzim yang bermanfaat selama kita tidur. Jika kita kumur/gosok gigi begitu bangun tidur, enzim itu akan hilang atau tidak termanfaatkan
b. Karena saya tidak percaya terapi air putih yang mengharuskan seseorang untuk minum 1.5 liter air sekaligus pada waktu bangun pagi. Tidak percaya di sini adalah selain karena saya tidak sanggup melakukannya (ngaku dech…!) juga karena saya merasa itu seperti memaksa ginjal kita untuk bekerja jauh lebih keras daripada seharusnya! Prinsip saya : apapun yang berlebihan atau kurang, pasti tidak baik bagi tubuh kita
2. Sebelum sarapan, minum segelas air putih atau jus buah segar. Juga sebelum makan siang. Sejauh ini, sudah 900 ml air masuk ke dalam tubuh kita
3. Sisanya, minum air putih sepanjang hari hingga berangkat tidur. Biasanya saya habis 4 – 5 gelas air putih lagi. Berarti target 2l air putih sehari sudah terlampaui. Masalahnya, bagaimana caranya “memaksa” kita minum air putih sepanjang hari? Trick saya :
a. Segera minum segelas air putih begitu kita selesai BAK
b. Lihat warna BAK kita, jika masih keruh, kekuningan atau bahkan kecoklatan, berarti kita harus minum lebih banyak lagi air putih. Tapi jika bening, berwarna putih atau kuning yang sangat pucat, berarti tubuh kita sudah cukup air. Minum air lagi setelah BAK sudah cukup
4. Kalau masih belum bisa menerima rasa air putih, campurkan madu atau lemon. Targetkan untuk mengurangi kadar madu dan lemon sedikit demi sedikit sehingga maksimal masing-masing hanya 1 sdm per hari
5. Minum air putih pada suhu yang dikehendaki, yang membuat kita lebih nyaman. Ada beberapa teman yang harus minum air putih dalam kondisi dingin (dengan es) karena jika tidak akan langsung mual. Meskipun perlu ditanamkan dalam benak kita, itu bukan suhu terbaik karena sebenarnya suhu terbaik air minum adalah sama seperti suhu tubuh kita (suam-suam kuku)
6. Gunakan gelas air minum dengan ukuran standar. Jangan terlalu besar (selain terlalu ambisius, juga nampak mengerikan buat “pemula”) tapi jangan pula terlalu kecil (salah hitung nanti, berapa banyak yang sudah kita minum). Ukuran gelas terbaik adalah yang kira-kira jika diminum sekaligus isinya mencerminkan kemampuan ginjal kita dalam mengolah air = 250 ml – 300 ml
7. Tanamkan sugesti bahwa air putih akan membantu kita dalam banyak hal :
a. Mengganti keringat yang dikeluarkan
b. Menambah rasa kenyang, sehingga mengurangi keinginan untuk makan (terutama bagi yang diet)
c. Menaikkan adaptasi suhu badan terhadap suhu lingkungan, sehingga kita tidak merasa kedinginan (terutama yang di ruangan berAC)
d. Membantu kerja otak, meningkatkan fokus & konsentrasi kerja
e. Meningkatkan kelembapan tubuh dan kulit, sehingga orang yang banyak minum air putih akan terlihat mempunyai kulit yang sehat, lembap & segar. Dan oleh karenanya, lebih cantik tentunya!

Bagaimana? Apakah terlihat bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?
Ayo, kalau saya bisa, Andapun pasti bisa! Tidak perlu ambisius, asalkan istiqomah – tekun dan terus menerus….

11 Januari 2011

CARA MENINGKATKAN SALDO TABUNGAN



Tadi malam, si Embak, yang baru kira-kira tiga bulan kerja di rumah, minta tolong saya untuk menyetorkan uang ke rekening tabungannya. Saya menyanggupinya. Dan pagi ini, si Embak menyerahkan uang sebesar Rp 2,700,000! Saya pura-pura biasa saja ketika menerima uang itu darinya. Tapi sebenarnya dalam hati, saya terkejut sekaligus bangga! Wah, …. Banyak juga uang tabungannya!

Kalau dihitung-hitung, selama tiga bulan dua minggu bekerja di rumah saya, si Embak menerima gaji (termasuk uang cuti & uang seragam) sekitar Rp 4,200,000. Di bulan pertama kerja, dia menitip pembayaran “biaya pendidikan” ke Yayasan Penyalur sebesar Rp 400,000. Berarti, tinggal Rp 3,800,000. Dengan demikian, selama ini dia hanya membelanjakan uangnya sebesar Rp 900,000 atau sekitar 21% dari penghasilannya. Dengan lain kata, si Embak menabung hampir sebesar 65% dari penghasilannya!

Memang, dia tidak perlu belanja untuk konsumsi/makanan karena sudah tersedia. Tapi saya tidak secara khusus membelikan perlengkapannya sehari-hari seperti sabun, shampoo, pasta gigi dsb.

Saya jadi merefleksikan hal itu kepada diri saya sendiri, berapa persen ya dari penghasilanku yang bisa “diselamatkan” untuk ditabung? Dan ketika saya men-share kisah si Embak di status akun facebook saya, banyak respon yang diterima yang pada intinya tidak bisa sehebat si Embak, dengan berbagai alasan.

Banyak sekali orang yang tidak bisa menabung (termasuk saya). Dan banyak juga tingkatannya, dari yang tabungannya tidak juga meningkat, tidak bisa selalu menabung (termasuk yg menabung di awal bulan, tapi ‘diambil’ lagi di akhir bulan) ada juga yang tidak bisa menabung sama sekali…

Menambah Penghasilan vs. Mengurangi Pengeluaran
Saya teringat, secara “teoretik” paling tidak ada dua cara untuk meningkatkan saldo tabungan. Meningkatkan di sini yang dimaksud adalah terus menambah jumlah yang masuk ke dalam akun tabungan, bukan dalam arti menumbuhkan tabungan melalui pilihan investasi (passive income?). Cara yang pertama adalah dengan menambah pemasukan agar bisa menabung lebih banyak. Strateginya simple, tapi pelaksanaannya berat, karena tidak gampang untuk mencari tambahan penghasilan.

Meskipun ada juga penasehat keuangan yang memaparkan bagaimana gampangnya mencari penghasilan tambahan secara gampang yakni dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita menjadi aset aktif. Bisa menjual atau menyewakannya.

Cara yang kedua, ya kebalikannya… kalau tidak bisa menambah pemasukan, ya harus mengurangi pengeluaran! Ini juga sepertinya gampang di teori tapi susah di implementasi! Tapi saya yakin, lebih manageable karena hal ini berarti mengelola secara lebih baik apa yang sudah ada. Tapi bagaimana?

Pilahkan Pengeluaran Berdasarkan Tingkatan
Hampir semua penasehat keuangan akan memberikan nasehat yang kurang lebih sama. Cek dan pertimbangkan kembali sebelum anda melakukan suatu pengeluaran, apakah ini sebuah kewajiban, kebutuhan atau keinginan?


Kewajiban. Ini adalah harga mati, pengeluaran yang memang harus dilakukan. Jika tidak, akan ada implikasi yang merugikan. Termasuk di dalam kategori ini adalah kewajiban/hutang termasuk KPR, cicilan mobil dsb

Kebutuhan. Masih bisa dikutak-katik, tapi pada intinya pengeluaran yang tetap harus dilakukan. Jika tidak dilakukan, akan mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kenyamanan hidup. Termasuk dalam kategori ini adalah pembayaran uang sekolah, pembayaran rekening listrik, air, telepon dsb

Keinginan. Sangat bisa dikutak-katik, atau bahkan jika dihilangkan, implikasi yang akan dirasakan sangat minimal. Termasuk dalam hal ini adalah pembelian barang tersier atau kegiatan yang kurang produktif.
Namun terkadang, agak susah juga menentukan mana yang kebutuhan dan mana yang keinginan. Mana yang harus dikeluarkan dan mana yang bisa ditunda atau dikurangi.


Dari situs ehow didapat trik untuk mengidentifikasi pengeluaran yang bisa ditunda, dikurangi atau dihilangkan.
Yang pertama-tama, kita harus mencatat seluruh pengeluaran kita dan mengelompokkannya ke dalam pos-pos pengeluaran. Dari pengelompokan itu terdapat paling tidak terdapat tiga pos “pemborosan”. Artinya, pos yang cenderung mengakomodasi keinginan daripada kebutuhan dan bisa dilakukan penghematan : Transportasi, Makanan dan Hiburan.

Transportasi
Ada banyak penghematan yang bisa dilakukan :
Perubahan moda transportasi (dari mobil pribadi ke kendaraan umum, dari sepeda motor ke sepeda kayuh, dsb)
Trik untuk efisiensi BBM (berangkat lebih pagi untuk menghindari macet, mengganti SUV ke city car, disiplin melakukan perawatan agar performa kendaraan yang kita pakai selalu optimal, dsb)
Efisiensi rute dan waktu pemakaian (bisa share/ngompreng atau harus pergi sendiri? Jalan tol atau arteri? Parkir di mana & berapa lama?)


Makanan
Dari pandangan saya pribadi, pos ini merupakan lahan subur untuk pemborosan. Artinya, banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk penghematan secara nyaman.

Pertama-tama adalah membawa bekal makan siang ke kantor/sekolah. Selain kita bisa memastikan keamanan, higienitas & kandungan gizinya, membawa bekal jelas-jelas memberikan banyak penghematan. Sekali makan, paling tidak kita menghabiskan Rp 10,000 – Rp 15,000/orang. Artinya, sebulan bisa menghemat hingga Rp 375,000/orang. Ini tidak termasuk penghematan karena kita tidak membeli “kemewahan” yang menemani makan siang di warung/restoran seperti jus, es campur, atau minuman kemasan. Bayangkan jika dalam satu rumah, ada tiga orang yang bisa membawa bekal makan siang ke tempat kerja/sekolah!

Kedua, sesedikit mungkin jajan di luar. Saat ini, banyak sekali terdapat resep-resep masakan yang tersedia secara gratis di internet atau di televisi. Tinggal kita pilih mana yang paling sesuai dengan taste & skill kita. Rasanya, hampir semua orang sekarang bisa memasak, bahkan meniru resep a la resto/café. Jadikan kegiatan memasak di akhir pekan sebagai kegiatan rekreasi keluarga, hidangkan menu a la resto untuk selingan seru.

Ketiga, jeli memilih tempat dan mengatur waktu belanja bahan pangan. Sebelumnya, untuk kepraktisan (atau kemalasan?) saya belanja mingguan ke supermarket/hypermarket dan membeli bahan segar & sayuran di tukang sayur. Setelah berdiskusi dengan seluruh anggota keluarga, akhirnya kami memutuskan melakukan penghematan sebagai berikut :
1. Mengurangi frekuensi belanja ke supermarket menjadi dua minggu sekali. Ini akan sangat menghemat, karena meskipun kita belanja berdasarkan catatan, ada saja barang yang tidak termasuk dalam catatan yang terbeli
2. Makan di rumah sebelum belanja. Perut yang kenyang akan mengurangi nafsu untuk membeli barang/makanan yang sebenarnya tidak kita perlukan
3. Membagi tempat belanja sesuai “kelebihan” masing-masing. Misal, membeli non food & bahan makanan kering/dalam kemasan di supermarket/hypermarket karena biasanya di sini produsen melakukan program promosi. Membeli sayuran segar & bahan lauk di pasar. Harganya jauh jauh!

Hiburan
Nah, yang ini nih…. Seru, karena paling banyak pertentangan bathin terjadi ketika pertanyaan “Apakah ini benar-benar saya perlukan?” diajukan. Banyak teman yang mengatakan bahwa saat ini tidak mencadangkan biaya hiburan secara khusus dengan alasan “Untuk menutup kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup. Bagaimana mau mencadangkan budget hiburan secara khusus?!”
Padahal, hiburan adalah sesuatu yang kita butuhkan, termasuk untuk me-recharge energi kita dan mempertahankan keseimbangan 7 pilar utama kehidupan kita (lihat posting saya mengenai “Lima Kesalahan Mendasar dalam Manajemen Waktu). Dengan tidak mencadangkan anggaran secara khusus, padahal kita memerlukannya, justru akan memicu pengeluaran tak terencana yang bikin kantong bolong.


Ligwina Hananto dari QM Consultant berkali-kali menegaskan perlunya mempunyai rekening khusus untuk menampung dana “hura-hura”. Hal ini sangat membantu disiplin penabung : tetapkan tujuan (apa yang akan dibeli/dilakukan), berapa biayanya, kapan akan dilakukan, dan berapa banyak serta berapa sering kita harus menyisihkan budget untuk mengisi rekening tersebut.

Namun sering juga terjadi adalah kita kebobolan dalam menghibur diri karena mengatakan pada diri kita, betapa kecilnya pengeluaran yang tak terduga ini dibandingkan dengan alasan yang sepertinya valid :
1. Menyewa atau membeli CD/DVD banyak-banyak dengan alasan lebih hemat (beli 10 gratis 1, jauh lebih murah daripada nonton di bioskop), tapi akhirnya menyadari kita membeli koleksi yang jelek. Atau juga, tetap nonton ke bioskop, karena “rasanya beda laa dengan nonton DVD di rumah!”
2. Memakai blackberry dengan alasan lebih hemat daripada sms-an, padahal tidak semua orang yang kita hubungi memilikinya. Jadi, BB jalan, sms tetap (atau malah lebih) kenceng
3. Menelepon lama untuk ngobrol, dengan alasan lebih murah dan lebih mudah daripada jika harus silaturahmi secara langsung. Padahal, alasan utama untuk tidak bersilaturahmi secara langsung bukan karena mahal atau jauh jaraknya, tapi lebih karena “jauh hatinya”. Apalagi jika itu masih dalam hitungan dalam kota. Dan biasanya, yang bisa diajak ngobrol lama di telepon adalah yang “dekat di hati” yang biasanya juga dikunjungi (silaturahmi langsung).
4. Membeli sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan dengan alasan “menghadiahi diri sendiri”, “sudah lama dicari”, “mumpung koleksinya lengkap”, “mumpung saya sampai sini”, “barangnya unik”, “mumpung diskon besar - kalau harga biasa tak terbeli”, “bisa kredit 0%” atau bahkan “nanti juga pasti diperlukan”!


Hmm…. Bagaimana, apakah hal-hal tersebut di atas terdengar sangat akrab di kehidupan Anda? Saya menulis topik ini dengan lancar, karena saya pernah mengalaminya semua! Tapi, dengan pengelompokan pos pengeluaran dan pemakaian rekening, sangat membantu saya dalam mengelola pengeluaran saya dan terutama menjadi penuntun dalam usaha mengurangi pemborosan.

Beberapa tips n tricks lainnya :
1. Utamakan bersedekah, entah itu zakat, persepuluhan atau konsep sedekah di agama-agama lain. Keluarkan segera setelah memperoleh gaji/pemasukan. Uang ini bukan hak kita dan kalau ditunda, cenderung tidak terbayar
2. Gunakan autodebet untuk pembayaran bulanan seperti telepon, PLN, PDAM, dsb. untuk menghindari alpa dan denda keterlambatan
3. Gunakan mekanisme pemaksa. Ikut tabungan berjangka, asuransi atau apapun yang membuat Anda merasa “wajib” untuk menyisihkan dana tabungan terlebih dahulu
4. Tanamkan dalam-dalam di benak Anda, seberapapun penghasilan Anda, Akan akan selalu memiliki kemampuan untuk menghabiskannya dengan segera! Jadi, buang jauh-jauh pikiran, “Saya akan menabung jika penghasilan saya sudah mencapai sekian, sekian, sekian!”
5. Rubah paradigma “Apa yang bisa saya beli dengan uang ini” menjadi “Apa yang bisa saya hasilkan dengan uang ini?”

Insya Allah, semoga bermanfaat!

04 Januari 2011

5 Kesalahan Mendasar dalam Manajemen Waktu


Pagi ini saya mendapat kiriman sms pencerahan, yang penggalannya sebagai berikut :

Tidak ada harga untuk waktu
Tapi ia sangat berharga
Memiliki banyak waktu tidak menjadikan kita kaya
Tapi menggunakannya dengan benar adalah sumber kekayaan
….


Apakah kita termasuk orang yang menggunakan waktu dengan benar? Atau, apakah kita termasuk orang yang bermasalah dengan manajemen waktu : selalu merasa kekurangan waktu? Dikejar deadline yang tak pernah habis? Merasa tidak pernah bisa mengendalikan waktu?

Banyak orang yang bermasalah dengan manajemen waktu, termasuk saya. Itulah sebabnya saya memilih untuk membahas topik ini. Dan kalau Anda memilih untuk meneruskan membaca tulisan ini, besar kemungkinan Anda juga termasuk yang memiliki masalah dengan manajemen waktu. Tapi tak apa, kita masih beruntung, dibandingkan dengan mereka yang tidak menyadari kalau mereka bermasalah dalam manjemen waktu mereka.
Dalam salah satu tulisannya, Dr Donald W. Wetmore dengan lugas mengemukakan 5 kesalahan mendasar dalam manajemen waktu. Dan ternyata kelima kesalahan itu saya lakukan semua!

1. Tidak merencanakan apa yang akan dilakukan hari ini
Banyak yang mengatakan “Saya menjalani hidup ini bagaikan air mengalir”. Saya tidak tahu persis apa yang dimaksud dengan “mengalir seperti air”. Selama ini saya setuju dengan ungkapan itu, tapi rasa-rasanya untuk menyembunyikan diri dari kenyataan bahwa hidup (waktu) saya tidak terorganized/terencana dengan seksama. Padahal, menjalani hidup tanpa rencana dan menerima kenyataan bahwa rencana tidak bisa berjalan seperti yang diinginkan adalah dua hal yang berbeda. Banyak juga yang merencanakan hidupnya, terutama rencana jangka panjang, tapi lupa untuk menterjemahkannya ke dalam rencana jangka pendek : rencana tahunan (termasuk yang banyak dilakukan adalah resolusi akhir tahun) diterjemahkan ke dalam rencana bulanan, rencana mingguan, dan rencana harian! Jadi, pesan Dr Wetmore, mulailah hari dengan merencanakan apa yang akan dilakukan hari tersebut

2. Mengabaikan keseimbangan hidup
Hidup kita memiliki 7 pilar utama : Kesehatan, Keluarga, Finansial, Intelektual, Sosial, Profesional & Spiritual. Tidak perlu membagi secara sama persis alokasi waktu untuk ketujuh pilar tersebut, namun ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan terhadap salah satu atau beberapa pilar tersebut disebut sebagai “sabotase terhadap kesuksesan kita sendiri”

3. Membiarkan kondisi meja/ruang/lingkungan kerja berantakan
Hmmm…. Yang ini agak tricky buat saya. Saya type yang malas beres-beres. Padahal, kalau dirunut-runut, malas beres-beres berawal dari pemikiran “pekerjaan ini belum beres, jangan disingkirkan dulu”. Artinya, saya sedang mem-pending suatu pekerjaan, karena tidak sampai tuntas. Padahal dari riset terbukti bahwa orang yang bekerja di meja/ruang/lingkungan kerja yang berantakan memerlukan waktu 1-1 ½ jam untuk mencari barang/dokumen pendukung kerja yang hilang! Wah, saya sepertinya lebih dari 1 ½ jam dech…. Karena seringkali bahkan saya tidak jadi mengerjakan sesuatu karena ‘bahan dasar’ pekerjaan itu tidak ada

4. Kurang tidur
Kurang di sini tidak merujuk ke jumlah jam (kuantitas) tidur, tapi lebih ke kualitas tidur. Banyak orang yang mengeluh lelah berkepanjangan bukan karena banyaknya pekerjaan, tapi lebih karena stress dan tidur yang kurang efektif. Dr Wetmore menekankan pentingnya merencanakan pekerjaan, melakukan pekerjaan yang direncanakan, merasa memegang kendali sehingga tingkat keberhasilan lebih tinggi, mengurangi stress dan pada akhirnya bisa tidur secara nyenyak dan efektif yang sangat penting untuk me-recharge energi untuk keesokan harinya.

5. Mengabaikan makan/istirahat siang
Seperti juga tidur, istirahat siang yang efektif – meskipun hanya 15 menit – bisa mengembalikan energy untuk meningkatkan produktivitas pada jam-jam berikutnya. Bagi yang beragama Islam, di sinilah letak peranan sholat dzuhur & sholat ashar dalam mengembalikan energi, fokus & konsentrasi untuk meningkatkan produktivitas kita.

Setelah membaca tulisan Dr Wetmore tadi, saya merasa terbuka dan tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki manajemen waktu saya. Tidak ada jaminan atau kepastian bahwa usaha ini akan behasil mengatasi masalah saya, tapi paling tidak, sudah satu tahap lagi saya jalani. Bila tahap sebelumnya adalah menyadari bahwa saya memiliki masalah dengan manajemen waktu, maka tahap ini adalah mengetahui apa yang harus dilakukan/ditinggalkan. Semoga tahap berikutnya segera bisa dijalani dengan konsisten : melakukan/tidak melakukan apa yang telah diketahui!

24 Desember 2010

In-Memoriam Prof. DR. Gulardi H. Wiknjosastro, Sp.OG


Saya mengenal nama beliau dari teman-teman di kantor yang juga menjadi pasien langganan Prof. Gul – demikian Prof. DR. Gulardi H. Wiknjosastro, SpOG biasa disapa. Semua menyatakan kepuasannya menjadi pasien beliau. Saya sendiri belum punya anak waktu itu. Sehingga ketika akhirnya positif hamil, dan suami menanyakan akan berkonsultasi ke dokter kandungan siapa, dengan mantap saya langsung menjawab :
“Prof Gul”

Prof Gul sangat konsisten dengan gaya & kepribadiannya, sehingga semua orang akan mengenalnya sebagai sosok yang sama : sebuah pribadi yang sederhana, lugas, tidak mengada-ada, namun religius. Dan karena konsisten terhadap prinsip-prinsip hidupnya, terkadang orang melihatnya sebagai pribadi yang nyentrik, karena seringkali berbeda dengan persepsi orang pada umumnya.

Misalnya, Prof Gul adalah ahli mendeteksi kelainan janin secara dini dengan USG (saya lupa apa istilah keahlian itu). Beliau akan memberikan analisa yang sangat tepat, sehingga sering menjadi referensi atau second opinion bagi para calon ibu sebelum memutuskan untuk melakukan suatu tindakan. Ada banyak cerita yang saya dengar mengenai kehebatan Prof Gul dalam hal ini, baik dari sesama pasien sewaktu sama-sama menunggu giliran periksa atau juga pengalaman pribadi teman-teman di kantor. Saya membayangkan, bagaimana canggihnya perlengkapan USG yang digunakan Prof Gul. Tapi ternyata salah besar. Alat USG yang digunakan adalah alat yang kuno (minimal tidak baru, karena warna bodynya sudah menguning), dengan layar monitor kecil yang buram berwarna kehijauan.

Pernah iseng-iseng saya protes,
“Prof, ganti alat yang lebih canggih napa? Biar aku bisa lihat anakku lebih jelas”
“Buat apa? Yang penting saya masih bisa lihat. Nanti lihat anaknya kalau sudah di luar saja. Jangan kalau sudah lahir malah sering ditinggal”

Duh, nyindir para ibu pekerja nih…

Kesederhanaan itu juga diinterpretasikan beliau dalam menganalisa masalah, memberikan obat, dan juga proses persalinan. Pernah ketika kehamilan saya menginjak usia 6 bulan, saya pingsan di kantor dan dibawa ke RS YPK. Sesampainya di sana oleh tenaga paramedis saya diberi oksigen karena mengeluh pening dan agak susah bernafas. Ketika Prof Gul datang untuk memeriksa, beliau bertanya

“Ah, gak usah pakai begini-beginian. Dilepas saja. Mulai sekarang jangan di ruangan AC terus ya?! Sering-sering jalan keluar menghirup udara segar. Kasihan anaknya!”

Mual?
Makan permen jahe

Sembelit?
Minum Y*k*lt

Pantangan selama hamil?
Kerang, daging babi, daging anjing…

“Lah, saya kan gak mungkin makan daging babi atau daging anjing?” (sehari-hari saya memakai hijab)
“Iya, itu yang melarang Allah, bukan saya. Kalau kerang, orang gak hamil saja gak boleh makan, apalagi orang hamil?!” Gubrakk!

Intinya, makan apa saja boleh, asal jangan berlebihan.
Asyiik…. saya bisa tetap makan cabe, daging kambing, duren!

Kalau menebus resep di apotik, saya suka geli sendiri. Selain obatnya “antik” karena merek lama (sampai suka heran, masih ada ya obat ini?! Multivitamin ini dulu sering dikonsumsi almarhum ayah), juga karena biayanya tidak pernah lebih dari Rp 50,000! Ongkos periksa, termauk periksa USG dan hasil print out – kalau mau, Rp 100,000. Teman-teman lain yang periksa ke dokter kandungan yang “canggih” bisa habis ratusan ribu apalagi jika memakai periksa/cetak hasil periksa USG.

Kesederhanaan Prof Gul juga berarti sebuah religiusitas. Menurut beliau, melahirkan adalah suatu proses yang normal, manusiawi dan dilindungi oleh Sang Pencipta. Sehingga jarang sekali pasien beliau yang melahirkan dengan jalan operasi sectio caesarian. Kata-kata beliau selalu menyejukkan, terlebih pada detik-detik persalinan
“Sudah siap nih? Yuk…, baca bismillah dulu ya?!”
Kata-kata yang sederhana & berkesan santai tapi mampu mengubah kepanikan saya menjadi suatu sikap pasrah dan percaya Allah Sang Pemberi Hidup akan melindungi perjuangan saya.

Beliau juga orang yang ketat memantau kedisplinan pasien pasca melahirkan. Segera setelah persalinan, beliau berpesan
“Tujuh jam lagi dari sekarang, kalau tidak pusing, bangun dari tempat tidur, jalan-jalan, ke kamar mandi… Kalau pusing, minta suster untuk bantu pegang. Sekarang jam 05.00. Nanti jam 12.00 bangun ya?!” Wah salah, saya pikir kalau masih pusing, saya boleh nambah jam tiduran!
Tepat jam 12.00 suster datang mengontrol
“Ibu, sudah jam 12.00! Prof tadi pesan apa? Ayo bangun, kalau pusing saya bantu ya?!”
Saya protes, kenapa teman sekamar yang melahirkan beberapa jam lebih awal malah belum diminta bangun? Saya masih merasa kesakitan, perut 'geloyoran' dan badan rasanya kaku semua… Padahal teman sebelah sempat mengatakan kalau dia tidak merasa begitu kesakitan!
“Oh iya Bu,lain dokter lain gaya! Kalau Prof Gul ya begini ini! Sakit dan tidaknya juga tergantung pada obat anti sakit yang diberikan. Kalau Prof Gul biasanya anti sakit biasa, paling banter No*^#@in. Kalau Ibu itu obat anti sakit yang canggih”
Tapi memang terbukti, akhirnya saya yang lebih cepat pulih, bisa jalan-jalan, menyusui bayi dengan lebih “luwes” - karena bisa berganti macam posisi dengan nyaman. Badan saya sudah tidak kaku lagi. Dan yang paling menggembirakan, saya pulang lebih cepat dibandingkan teman sekamar!

Ketika dua tahun kemudian saya hamil lagi, saya kembali kontrol ke Prof Gul. Di kehamilan ini saya menjadi pasien “pintar”, tidak manja, menyelesaikan masalah “standar” sesuai saran Prof Gul : permen jahe, Y*^#lt, banyak menghirup udara segar, dsb., dsb. Semuanya juga masih sama persis, kecuali bahwa sekarang beliau tidak lagi buka praktek di kediamannya dan saya melihat Prof Gul terlihat lebih tua dan lelah. Sekalipun demikian, buat saya – dan saya rasa demikian juga dengan pasien-pasien lain – bertemu dan berkonsultasi dengan Prof Gul adalah hal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Ingin rasanya setiap tahun bisa hamil dan melahirkan, supaya punya alasan bisa bertemu Prof Gul! Bukan genit loh, rasanya seperti punya Ayah ideal : siap menolong kita, menenangkan kita dan memberi semangat dan energi. Sepertinya, dialah yang paling mengerti kita! (Maaf, para suami... kalian kalah dech! Abis, masih suka "ngerepotin" trus belum ngerti-ngerti juga bagaimana kondisi & situasi perempuan hamil, sich! Hehehe!)

Sekalipun saya tahu saya hanyalah satu di antara sekian ribu pasien yang pernah ditangani Prof Gul, saya merasa saya adalah pasien istimewa beliau dan memiliki hubungan batin yang kuat. Buktinya? Seminggu sebelum kontrol, saya bermimpi saya sedang kontrol dan bertanya tentang jenis kelamin anak yang saya kandung. Dalam mimpi itu, Prof Gul menjelaskan dengan mantap, sambil mengangguk-angguk
“Laki-laki”

Pada waktu kontrol, Prof Gul bertanya
“Mau tau gak, dede’nya laki-laki apa perempuan?”
“Mau dong! Laki-laki apa perempuan, Prof?”
“Penginnya apa?”
“Laki-laki lagi”
kata saya sambil teringat mimpi saya minggu lalu
“Ya udah terkabul deh doanya! Tuh, “monas”nya kelihatan!”
Ah, mungkin ge-er aja kali ya saya?!

Saya hanya "manja" ketika detik-detik melahirkan. Kebetulan, di kedua kehamilan saya mengalamai pecah ketuban. Sebenarnya kehamilan kali ini saya merasa lebih santai sekaligus lebih kuat, dibandingkan kehamilan sebelumnya. Ketika tengah malam saya pecah ketuban, saya dengan santai bermobil ke Rumah Sakit Bersalin. Sepanjang perjalanan saya monitor siklus kemunculan mulas periodik terasa makin lama makin cepat, wah pasti sudah dekat masa melahirkan nih, pikir saya.
Benar juga, ketika dicek suster, ternyata sudah bukaan 8!
Segera saya dibawa ke ruang bersalin. Di situ telah menunggu beberapa suster dan seorang bidan. Setelah dilakukan persiapan, bidan segera memberi aba-aba untuk mengatur nafas dan bersiap melahirkan. Manja saya muncul…

“Tidak, saya hanya mau melahirkan ditemani Prof Gul!”Saya tahu Prof Gul sudah di Rumah Sakit Bersalin ini karena baru saja menolong persalinan, jadi kenapa saya tidak boleh ditemani Prof Gul?
“Prof Gul sedang makan (sahur). Ini dede'nya sudah siap lahir…. Mau nunggu?!”
Saya memilih menunggu, sambil menahan keinginan mengejan karena rasa mulas yang makin memuncak.
Dan ketika Prof Gul muncul di ruang bersalin, bidan "mengeluh"
"Nih, Prof. Ngga mau ngelahirin kalau tidak ditungguin Prof!"
Sambil mengenakan sarung tangan, keluarlah kalimat yang menyejukkan itu
“Kenapaaaa? Sudah siap? Yuk…. Baca bismillah dulu ya?!”

Dua tahun yang lalu, ketika dilakukan medical check up rutin, dokter kantor menemukan ada tonjolan di rahim saya. Saya ingat Prof Gul sudah mengetahui hal ini sejak kehamilan pertama dan menyatakan tidak apa-apa (aman). Tapi oleh dokter kantor, saya tetap diminta kontrol ke dokter kandungan. Siapa lagi, kalau bukan Prof Gul! Ketika saya mencoba membuat janji ketemu dengan beliau di RS YPK, operator menjawab
“Oh, maaf Ibu, Prof Gul cuti untuk waktu yang tidak ditentukan karena beliau sedang sakit”
Saya terhenyak oleh kalimat "untuk waktu yang tidak ditentukan". Pasti sakit yang serius. Saya jadi teringat, ketika periksa kehamilan terakhir, beliau Nampak lebih tua dan lelah. Mungkin pada saat itu beliau sudah merasakan penyakit yang menderanya. Saya hanya bisa prihatin dan berdoa untuk kesembuhan beliau

Hari ini, tiba-tiba saya teringat Prof Gul. Ketika saya coba menanyakan kabar beliau, operator RSB YPK menjawab,
“Maaf Ibu, Prof Gul sudah meninggal dunia”

Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un….

Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah s.w.t sesuai amal ibadah beliau, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan. Akan kami kenang kesederhanaan, kelugasan dan ketenangan Prof Gul sebagai sesuatu yang indah, yang mengawali sebuah anugerah yang diberi nama “kehidupan”
Al Fatihah untuk Prof. DR. Gulardi H. Wiknjosastro, Sp.OG

16 Maret 2009

TAMBORIN KOQ PEDES?

Tiga hari ini, emosi saya dibuat naik turun oleh Haydar (9 tahun). Empat hari yang lalu (Kamis, 12/03/09) Haydar yang berpantang makanan mengandung Casein & Gluten 'merampok' kue adiknya yang jelas-jelas mengandung casein & gluten. Akibatnya, perilaku berubah menjadi agresif dan sukar fokus.

Jumat 13 Maret 2009 - Pagi-pagi di keributan menjelang berangkat sekolah
Secara tidak sengaja saya mendengar dia memukul mbak Yani - pengasuh adiknya. Barulah setelah saya tegur, mbak Yani cerita kalau kemarin dia juga dipukul Haydar - karena mbak Yani menolak memberikan kue adiknya.
Sebagai hukuman, saya minta dia untuk meninggalkan rumah, dan mencari rumah baru yang menerapkan peraturan yang sesuai dengan keinginannya, atau bahkan yang tidak menerapkan peraturan sama sekali.
Dan karena saya khawatir Haydar akan membuat 'keonaran' yang sama di sekolah, hari itu Haydar tidak saya ijinkan masuk sekolah.
Barangkali banyak yang menyayangkan kenapa hukumannya tidak mendidik? Memang begitu, tetapi sebenarnya konteksnya adalah sebelumnya saya pernah katakan, bahwa kelakuan Haydar sehari-hari koq tidak mencerminkan karakter anak yang bersekolah di sekolah yang berkualitas dan mengajarkan sopan santun. Jangan-jangan sebenarnya Haydar lebih cocok bersekolah di "Al Pasar" (pelesetan dari Al Azhar, dan kebetulan karena ada sekolah dengan kualitas yang tidak diketahui yang letaknya dekat pasar). Jadi, tetap bersekolah di Al Falah - sekolahnya sekarang - menjadi keinginan terbesar Haydar. Risikonya, ya harus mengikuti peraturan yang ada.

Jumat 13 Maret 2009 - malam menjelang pulang kantor
Haydar menelepon, mengatakan bahwa sudah mengerti apa dimaksudkan oleh bundanya, dan berjanji untuk mengikuti peraturan yang ada dan berusaha menjadi anak sholeh.
Dia kemudian membaca ikrarnya - cukup panjang, antara lain :
Tidak makan kue adik & disiplin berdiet
Makan makanan dan lauk yang disediakan
Mengikuti peraturan
Sholat tepat waktu
Hormat & sopan terhadap orang dewasa
Menggunakan barang sesuai fungsi
dsb, dsb...
Jadwalnya cukup panjang, sehingga ketika speaker telepon di kantor saya pasang, semua orang di kantor yang mendengar menjadi tertawa geli. Mereka mengira saya menyuruh Haydar untuk membuat daftar janji tersebut. Padahal, tidak sama sekali.
Dia juga mengatakan,
"Bunda, hari ini kakak lengkap sholat di Masjid. Sholat Jumat, sholat Ashar & sholat Magrib. Ini sekarang sedang bersiap untuk sholat Isya'"
Oooooooo.... totweeeetttt!!!

Sampai di rumah, mbak Yani mengiyakan sehari ini Haydar sangat pintar dan sayang adiknya.
Hmmmmmm.....

Sabtu, 14 Maret 2009. Pagi hari, setelah sempat menikmati pagi yang cerah
Sepulang sholat Shubuh di Masjid, dans etelah sarapan, Haydar pergi bermain, naik sepeda kebanggaannya. Pulang sudah agak siang, sekitar jam 10.00, dalam kondisi kucel & memakai sandal..... sebelah! Loh, kemana yang sebelah?
"Disembunyikan teman!"
Ayahnya segera minta dia mencari, sampai ketemu. Kebetulan sebelumnya dia kena tegur karena sandal dan sepatu selalu cepat rusak karena dipakai tidak sesuai fungsi (antara lain diinjak) atau bahkan hilang tak tentu rimba.
Dengan merengek-rengek, dia menjelaskan, tidak mungkin untuk mendapatkan kembali sebelah sandal sandal itu karena dibuang temannya ke got yang airnya mengalir cukup deras.
Kenapa sampai dibuang?
"Karena dia mau pinjam sepedaku, tapi aku gak boleh, jadi dia marah-marah terus membuang sandalku!!"
Karena sudah sering "diperdaya" saya minta mbak Yani untuk menemani mencari ke tempat sandal dibuang, syukur-syukur bisa ketemu temannya yang membuang supaya jelas duduk permasalahannya.
Ternyata,
"Kata Ibu temannya, sandal Haydar dibuang karena temannya marah & kesakitan ditendang-tendang Haydar!"
Hmmmmmm.....

Minggu, 15 Maret 2009. Seharian.
Totally 'off'. Haydar benar-benar menjengkelkan dan terlihat memancing amarah kami. Mulai dari minta lauk yang tidak disediakan, minta jajan, mainan HP, tidak mau mandi, merengek-rengek minta main ke rumah temannya (padahal1 minggu sebelumnya sudah main kesana), dan tidak mau mengerjakan PR untuk esok harinya.
Sore hari, kami mendapat undangan untuk berkumpul bersama kerabat. Tidak ada acara spesifik, hanya kumpul-kumpul, ngobrol sambil makan nasi uduk+ayam goreng. Di kesempatan itu, saya membawa martabak telor untuk tuan rumah dan Haydar menghabiskan 8 potong sendiri!
Tibalah saat Maghrib. Kami lalu berjamaah. Alhamdulillah Haydar dengan lancar dan lantang ber-iqomat. Ah, semoga ini menjadi penutup hari berat Haydar.
Tapi ternyata tidak!
Selain nada "aamiin" yang melenceng & berkesan bergurau, dia juga tertawa di tengah sholat ketika ada kerabat yang datang yang tidak bisa masuk rumah karena pintu terkunci (kami sholat di ruang tamu). yang menyedihkan, Fikhar adiknya yang sholat bersama kami juga ikut tertawa bahkan sampai terbahak-bahak!
Dalam perjalanan pulang, Haydar tertidur pulas di mobil. Wah, sudah pasti tidak bisa mengerjakan PRnya!

Senin, 16 Maret 2009. Shubuh.
Alarm HP berbunyi. Haydar yang memasang alarm tersebut. Biasanya dia akan bersiap-siap untuk sholat shubuh. Benar Haydar terbangun, mematikan alarm, dan bergegas ke kamar mandi. Saya semula berfikir dia mau berwudlu. Tapi setelah saya dengar-dengarkan, ternyata dia hanya membasuh (karena mengompol), ganti baju dan....tidur lagi
"Masih mengantuk!" Kilahnya.
Saya - yang juga sudah menyiapkan buku PRnya - berusaha membangunkan. Tak berhasil.

Akhirnya Haydar berhasil bangun lagi pukul 06.30. Sudah sangat terlambat untuk mengerjakan PR. Tapi saya bertekad untuk mengajarinya bertanggungjawab & menepati janji mentuntaskan tugas.
PRnya Musik dan Matematika.
Saya minta dia untuk duduk di mejanya dan mulai mengerjakan tugas.
Saya sudah tidak bisa senyum, apalagi mengingat saya pasti juga akan terlambat datang ke kantor! Hari Senin, hari pertama Kampanye Terbuka pula!
Salah satu soal musik mengenai jenis irama musik (ritmik & melodik) beserta contoh alat musiknya.
Di buku panduan, tercantum tamborin atau kecrek sebagai salah satu contoh alat musik ritmik.
Ketika saya tanya apa contoh alat musik ritmik, Haydar dengan ragu-ragu menjawab
"ehm.... Krecek!"
Saya yang sudah emosi & panik jadi sibuk menahan ketawa. Bagaimana tidak? Ini soal alat musik atau gudeg? JANGAN PEDES-PEDES YA NAK.....
Haydar.... Haydar....!!!