24 Desember 2010

In-Memoriam Prof. DR. Gulardi H. Wiknjosastro, Sp.OG


Saya mengenal nama beliau dari teman-teman di kantor yang juga menjadi pasien langganan Prof. Gul – demikian Prof. DR. Gulardi H. Wiknjosastro, SpOG biasa disapa. Semua menyatakan kepuasannya menjadi pasien beliau. Saya sendiri belum punya anak waktu itu. Sehingga ketika akhirnya positif hamil, dan suami menanyakan akan berkonsultasi ke dokter kandungan siapa, dengan mantap saya langsung menjawab :
“Prof Gul”

Prof Gul sangat konsisten dengan gaya & kepribadiannya, sehingga semua orang akan mengenalnya sebagai sosok yang sama : sebuah pribadi yang sederhana, lugas, tidak mengada-ada, namun religius. Dan karena konsisten terhadap prinsip-prinsip hidupnya, terkadang orang melihatnya sebagai pribadi yang nyentrik, karena seringkali berbeda dengan persepsi orang pada umumnya.

Misalnya, Prof Gul adalah ahli mendeteksi kelainan janin secara dini dengan USG (saya lupa apa istilah keahlian itu). Beliau akan memberikan analisa yang sangat tepat, sehingga sering menjadi referensi atau second opinion bagi para calon ibu sebelum memutuskan untuk melakukan suatu tindakan. Ada banyak cerita yang saya dengar mengenai kehebatan Prof Gul dalam hal ini, baik dari sesama pasien sewaktu sama-sama menunggu giliran periksa atau juga pengalaman pribadi teman-teman di kantor. Saya membayangkan, bagaimana canggihnya perlengkapan USG yang digunakan Prof Gul. Tapi ternyata salah besar. Alat USG yang digunakan adalah alat yang kuno (minimal tidak baru, karena warna bodynya sudah menguning), dengan layar monitor kecil yang buram berwarna kehijauan.

Pernah iseng-iseng saya protes,
“Prof, ganti alat yang lebih canggih napa? Biar aku bisa lihat anakku lebih jelas”
“Buat apa? Yang penting saya masih bisa lihat. Nanti lihat anaknya kalau sudah di luar saja. Jangan kalau sudah lahir malah sering ditinggal”

Duh, nyindir para ibu pekerja nih…

Kesederhanaan itu juga diinterpretasikan beliau dalam menganalisa masalah, memberikan obat, dan juga proses persalinan. Pernah ketika kehamilan saya menginjak usia 6 bulan, saya pingsan di kantor dan dibawa ke RS YPK. Sesampainya di sana oleh tenaga paramedis saya diberi oksigen karena mengeluh pening dan agak susah bernafas. Ketika Prof Gul datang untuk memeriksa, beliau bertanya

“Ah, gak usah pakai begini-beginian. Dilepas saja. Mulai sekarang jangan di ruangan AC terus ya?! Sering-sering jalan keluar menghirup udara segar. Kasihan anaknya!”

Mual?
Makan permen jahe

Sembelit?
Minum Y*k*lt

Pantangan selama hamil?
Kerang, daging babi, daging anjing…

“Lah, saya kan gak mungkin makan daging babi atau daging anjing?” (sehari-hari saya memakai hijab)
“Iya, itu yang melarang Allah, bukan saya. Kalau kerang, orang gak hamil saja gak boleh makan, apalagi orang hamil?!” Gubrakk!

Intinya, makan apa saja boleh, asal jangan berlebihan.
Asyiik…. saya bisa tetap makan cabe, daging kambing, duren!

Kalau menebus resep di apotik, saya suka geli sendiri. Selain obatnya “antik” karena merek lama (sampai suka heran, masih ada ya obat ini?! Multivitamin ini dulu sering dikonsumsi almarhum ayah), juga karena biayanya tidak pernah lebih dari Rp 50,000! Ongkos periksa, termauk periksa USG dan hasil print out – kalau mau, Rp 100,000. Teman-teman lain yang periksa ke dokter kandungan yang “canggih” bisa habis ratusan ribu apalagi jika memakai periksa/cetak hasil periksa USG.

Kesederhanaan Prof Gul juga berarti sebuah religiusitas. Menurut beliau, melahirkan adalah suatu proses yang normal, manusiawi dan dilindungi oleh Sang Pencipta. Sehingga jarang sekali pasien beliau yang melahirkan dengan jalan operasi sectio caesarian. Kata-kata beliau selalu menyejukkan, terlebih pada detik-detik persalinan
“Sudah siap nih? Yuk…, baca bismillah dulu ya?!”
Kata-kata yang sederhana & berkesan santai tapi mampu mengubah kepanikan saya menjadi suatu sikap pasrah dan percaya Allah Sang Pemberi Hidup akan melindungi perjuangan saya.

Beliau juga orang yang ketat memantau kedisplinan pasien pasca melahirkan. Segera setelah persalinan, beliau berpesan
“Tujuh jam lagi dari sekarang, kalau tidak pusing, bangun dari tempat tidur, jalan-jalan, ke kamar mandi… Kalau pusing, minta suster untuk bantu pegang. Sekarang jam 05.00. Nanti jam 12.00 bangun ya?!” Wah salah, saya pikir kalau masih pusing, saya boleh nambah jam tiduran!
Tepat jam 12.00 suster datang mengontrol
“Ibu, sudah jam 12.00! Prof tadi pesan apa? Ayo bangun, kalau pusing saya bantu ya?!”
Saya protes, kenapa teman sekamar yang melahirkan beberapa jam lebih awal malah belum diminta bangun? Saya masih merasa kesakitan, perut 'geloyoran' dan badan rasanya kaku semua… Padahal teman sebelah sempat mengatakan kalau dia tidak merasa begitu kesakitan!
“Oh iya Bu,lain dokter lain gaya! Kalau Prof Gul ya begini ini! Sakit dan tidaknya juga tergantung pada obat anti sakit yang diberikan. Kalau Prof Gul biasanya anti sakit biasa, paling banter No*^#@in. Kalau Ibu itu obat anti sakit yang canggih”
Tapi memang terbukti, akhirnya saya yang lebih cepat pulih, bisa jalan-jalan, menyusui bayi dengan lebih “luwes” - karena bisa berganti macam posisi dengan nyaman. Badan saya sudah tidak kaku lagi. Dan yang paling menggembirakan, saya pulang lebih cepat dibandingkan teman sekamar!

Ketika dua tahun kemudian saya hamil lagi, saya kembali kontrol ke Prof Gul. Di kehamilan ini saya menjadi pasien “pintar”, tidak manja, menyelesaikan masalah “standar” sesuai saran Prof Gul : permen jahe, Y*^#lt, banyak menghirup udara segar, dsb., dsb. Semuanya juga masih sama persis, kecuali bahwa sekarang beliau tidak lagi buka praktek di kediamannya dan saya melihat Prof Gul terlihat lebih tua dan lelah. Sekalipun demikian, buat saya – dan saya rasa demikian juga dengan pasien-pasien lain – bertemu dan berkonsultasi dengan Prof Gul adalah hal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Ingin rasanya setiap tahun bisa hamil dan melahirkan, supaya punya alasan bisa bertemu Prof Gul! Bukan genit loh, rasanya seperti punya Ayah ideal : siap menolong kita, menenangkan kita dan memberi semangat dan energi. Sepertinya, dialah yang paling mengerti kita! (Maaf, para suami... kalian kalah dech! Abis, masih suka "ngerepotin" trus belum ngerti-ngerti juga bagaimana kondisi & situasi perempuan hamil, sich! Hehehe!)

Sekalipun saya tahu saya hanyalah satu di antara sekian ribu pasien yang pernah ditangani Prof Gul, saya merasa saya adalah pasien istimewa beliau dan memiliki hubungan batin yang kuat. Buktinya? Seminggu sebelum kontrol, saya bermimpi saya sedang kontrol dan bertanya tentang jenis kelamin anak yang saya kandung. Dalam mimpi itu, Prof Gul menjelaskan dengan mantap, sambil mengangguk-angguk
“Laki-laki”

Pada waktu kontrol, Prof Gul bertanya
“Mau tau gak, dede’nya laki-laki apa perempuan?”
“Mau dong! Laki-laki apa perempuan, Prof?”
“Penginnya apa?”
“Laki-laki lagi”
kata saya sambil teringat mimpi saya minggu lalu
“Ya udah terkabul deh doanya! Tuh, “monas”nya kelihatan!”
Ah, mungkin ge-er aja kali ya saya?!

Saya hanya "manja" ketika detik-detik melahirkan. Kebetulan, di kedua kehamilan saya mengalamai pecah ketuban. Sebenarnya kehamilan kali ini saya merasa lebih santai sekaligus lebih kuat, dibandingkan kehamilan sebelumnya. Ketika tengah malam saya pecah ketuban, saya dengan santai bermobil ke Rumah Sakit Bersalin. Sepanjang perjalanan saya monitor siklus kemunculan mulas periodik terasa makin lama makin cepat, wah pasti sudah dekat masa melahirkan nih, pikir saya.
Benar juga, ketika dicek suster, ternyata sudah bukaan 8!
Segera saya dibawa ke ruang bersalin. Di situ telah menunggu beberapa suster dan seorang bidan. Setelah dilakukan persiapan, bidan segera memberi aba-aba untuk mengatur nafas dan bersiap melahirkan. Manja saya muncul…

“Tidak, saya hanya mau melahirkan ditemani Prof Gul!”Saya tahu Prof Gul sudah di Rumah Sakit Bersalin ini karena baru saja menolong persalinan, jadi kenapa saya tidak boleh ditemani Prof Gul?
“Prof Gul sedang makan (sahur). Ini dede'nya sudah siap lahir…. Mau nunggu?!”
Saya memilih menunggu, sambil menahan keinginan mengejan karena rasa mulas yang makin memuncak.
Dan ketika Prof Gul muncul di ruang bersalin, bidan "mengeluh"
"Nih, Prof. Ngga mau ngelahirin kalau tidak ditungguin Prof!"
Sambil mengenakan sarung tangan, keluarlah kalimat yang menyejukkan itu
“Kenapaaaa? Sudah siap? Yuk…. Baca bismillah dulu ya?!”

Dua tahun yang lalu, ketika dilakukan medical check up rutin, dokter kantor menemukan ada tonjolan di rahim saya. Saya ingat Prof Gul sudah mengetahui hal ini sejak kehamilan pertama dan menyatakan tidak apa-apa (aman). Tapi oleh dokter kantor, saya tetap diminta kontrol ke dokter kandungan. Siapa lagi, kalau bukan Prof Gul! Ketika saya mencoba membuat janji ketemu dengan beliau di RS YPK, operator menjawab
“Oh, maaf Ibu, Prof Gul cuti untuk waktu yang tidak ditentukan karena beliau sedang sakit”
Saya terhenyak oleh kalimat "untuk waktu yang tidak ditentukan". Pasti sakit yang serius. Saya jadi teringat, ketika periksa kehamilan terakhir, beliau Nampak lebih tua dan lelah. Mungkin pada saat itu beliau sudah merasakan penyakit yang menderanya. Saya hanya bisa prihatin dan berdoa untuk kesembuhan beliau

Hari ini, tiba-tiba saya teringat Prof Gul. Ketika saya coba menanyakan kabar beliau, operator RSB YPK menjawab,
“Maaf Ibu, Prof Gul sudah meninggal dunia”

Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un….

Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah s.w.t sesuai amal ibadah beliau, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan. Akan kami kenang kesederhanaan, kelugasan dan ketenangan Prof Gul sebagai sesuatu yang indah, yang mengawali sebuah anugerah yang diberi nama “kehidupan”
Al Fatihah untuk Prof. DR. Gulardi H. Wiknjosastro, Sp.OG

7 komentar:

Anonim mengatakan...

trims atas cerita pengalaman anda bersama dr gulardi, crita yg anda bangun sangat menyentuh sekali hingga saya sangat merasakan kepedulian, keikhlasan, kehebatan dll dari sang dokter.

padahal saya hanya mencari2 jenis2 makanan yg harus dipantang tuk istri saya (ats saran dr gul dari bekas pasien yg cerita di internet), tapi alangkah terkejutnya saya ternyata dr nya sudah tiada. semoga Alloh selalu mengasihinya di sana. Amin

Anonim mengatakan...

hiks...aku jadi ingat perman jahe sangu dari Prof Gul...nangis lagi deh :'(

Unknown mengatakan...

BAVETLINE
BAVETLINE
Prediksi RasenBallsport Leipzig Vs Bayern Munich 19 Maret 2018
Prediksi Real Madrid Vs Girona 19 Maret 2018
Hujan Emas Batangan Bikin Warga Heboh, Ini Faktanya
Ely Sugigi Minta Maaf, Gara-gara Dirinya Pesbukers Ditegur KPI
Edarkan Isu Telur Palsu di Masyarakat Bisa Terancam UU ITE

Ines mengatakan...

Ibu Swatiswara, salam kenal saya anak sulung almarhum, terima kasih banyak sudah membuat tulisan yang mengharukan ini. Semua yg ibu ceritakan benar-benar bisa menggambarkan sosok almarhum papa yg sederhana dan tegas. Semoga Allah membalas kebaikan ibu Swastiwara, semoga senantiasa sehat dan dlm lindungan Nya

Wahyu Wulan mengatakan...

Mba Ines... Saya tidak pernah bertemu beliau, namun pada kehamilan saya yg sekarang ini, saya selalu periksa di Gulardi Centre ditangani oleh Prof. Bowo...
Saya terharu dengan value yg dimiliki beliau. Dan saya turut berdoa semoga Prof. Gulardi diberi kelapangan kubur, diampuni dosanya, diterima amal baiknya, ilmu serta kebaikan dan value yg ditularkannya menjadi amal jariyah yang terus mengalir deras hingga kiamat tiba. Aamiin Allahumma aamiin.

Catur Yuliana mengatakan...

saya juga kagum sekali dengan Prof Gulardi, sangat sederhana dan tegas, Prof gulardi adalah dosen Favorit saya. Saya Kuliah DIV di Sekolah Tinggi INdonesia Maju di Lenteng Agung, Setiap kuliah dengan beliau di Hari jum'at ke RSCM, waktu itu tahun 2009, dosen yang luar biasa baik nya, ilmu yang sangat luar biasa bermanfaat. Sebelumya teman pernah menyampaikan jika beliau sudah meninggal dunia. rasanya masih belum percaya. Hari ini tetiba saya ingat dan kangen beliau. saya baca postingan ini. amat sangat kangen dengan beliau yang memiliki dedikasi tinggi terhadap ilmu kebidanan di Indonesia. Diberikan syurga Firdaus, Husnul Khatimah Prof. Dr. Gulardi Winkjosastro., Sp.OG

Ratu mengatakan...

Saya juga saksi hidup.. kedua anak saya (th.2002 dan 2008) lahir di tangan Almarhum Prof GUl yang sangat sederhana, ramah, dan semua advise nya selalu 'menenangkan". Teirmakasih banyak Prof Gul atas jasa2mu untuk keluarga kami.