13 Februari 2009

VIDI ALDIANO VS. AFGAN




Lagu Nuansa Bening yang diciptakan oleh Keenan Nasution dinyanyikan kembali oleh pendatang baru Vidi Aldiano dan memuncaki tangga lagu terpopuler di beberapa stasiun radio untuk beberapa waktu. Saya pribadi sangat menyukainya. Menurut saya, Vidi berhasil membawakan lagu lawas itu dengan baik, membawa karakter yang kuat & menginterpretasikannya dengan kekinian yang begitu kental.

Vidi Aldiano Vs. Afgan
Sekalipun Vidi bukanlah orang pertama yang sukses mendaur ulang sebuah lagu, sebut saja Ello dengan “Pergi untuk Kembali”, Peter Pan dengan “Kisah Cintaku” atau bahkan juga penyanyi seangkatannya Derby Romero dengan “Gelora Asmara”. Namun membicarakan Vidi nampaknya tetap menarik, apalagi mengingat banyak orang menyebutnya sebagai Afgan ke-2.
Saya jadi teringat diskusi saya dengan mbak Vivid, Editor in Chief Majalah Remaja “Aneka Yess!”. Pada suatu kesempatan, beliau menceritakan bagaimana pengalaman mementaskan Afgan di saat Afgan belum terkenal.
Walah mbak... Saya waktu itu sampai pakai "TOA" teriak-teriak minta support ke penonton untuk berikan tepuk tangan ke Afgan. Waktu itu kan gaya culunnya belum dilihat orang! Eh... Sekarang malah jadi trade mark& trend setter!”

Terus terang, saya kagum pada mereka-mereka yang bekerja di media massa, terlebih yang berhubungan dengan remaja : mereka harus bekerja cepat, berlomba dengan waktu, pandai membaca situasi, dan juga harus cepat menentukan apa yang bakal jadi trend & disenengi remaja. Kalau tidak in ya bakal ditinggal remaja!
Dengan tolak pikir seperti itu, saya jadi tergelitik untuk menanyakan apa pendapat mbak Vivid, mengenai masa depan Vidi. Bukan meramal, tapi dengan pengalamannya mengamati & berhubungan dengan selebritas yang segudang, tentunya beliau bisa melihat benang merahnya


Bisa banget! Dia bisa jadi seperti Afgan atau bahkan lebih, tapi tentunya diperlukan juga dukungan media yang memadai!”

Lagunya yang daur ulang?

Yah, bisa jadi ada yang melihatnya kurang positif, tapi saya koq melihatnya justru itu bisa jadi nilai tambah buat dia. Siapa tau orang tua dari remaja-remaja ini ikut jadi penggemarnya!”

Vidi Aldiano Sebagai Suatu Merek/Brand
Sebagai orang yang setiap hari berkutat dengan masalah marketing, saya cenderung melihat Vidi sebagai suatu brand. Apakah Vidi memiliki ciri-ciri yang memadai untuk tumbuh menjadi suatu ‘brand’ yang besar? Bisakah Vidi menyamai atau bahkan melebihi Afgan?
Dengan matrix sederhana 4P&2P (Product, Price, Place, Promo & Positioning+Period) bisa kita bedah performance Vidi dan memprediksi masa depannya.

Product
Yang terutama ‘product’ di sini adalah kualitas dasar yang ditawarkan. Karena Vidi adalah penyanyi, maka kualitas dasar yang diperlukan tentunya adalah suara & pilihan lagu yang berkualitas. Memang, ada juga kisah sukses di mana penyanyi memiliki suara yang pas-pasan tapi karena lagunya cukup ’klik’ di telinga konsumen, albumnya jadi cukup laris. Tapi tentunya yang seperti ini akan menjadi kurang sustainable.
Dalam hal ini, sepertinya Vidi tak ada masalah. Kualitas suaranya bagus, pilihan lagunya juga unik, aransemennyapun cantik. Klop.
Termasuk dalam kategori ‘product’ ini adalah juga ”kemasan” yang menarik. Sekalipun mungkin tak se-manis Afgan, wajah Vidi cukup cute & bersahabat.

Yang tak kalah penting, saat ini orang menginginkan artis idolanya adalah orang-orang yang bersih, lurus & bisa dijadikana teladan. Memang ada juga yang mengunakan gossip sensasional untuk mendongkrak popularitas sesaat. Namun sepertinya banyak yang telah sadar bahwa kampanye negatif seperti ini justru akan membahayakan kelangsungan karir.
Sejauh ini tidak ada cerita miring dari Vidi, semoga memang demikian adanya dan tetap terjaga sampai nanti.

Price
Seperti hukum pasar sederhana, ”ada harga ada rupa”, penentuan ’harga’ yang tepat juga mempengaruhi kesuksesan seseorang. Untuk seorang Vidi, harga di sini tentunya bukan harga CD atau kasetnya. Tapi lebih ke tingkat profesionalisme & manajemennya : Penentuan harga yang tepat, dan kesiapan untuk menampilkan kualitas sesuai harga yang diberikan. Penting sekali buat seorang Vidi untuk dapat bersikap profesional. Datang tepat waktu, tampil prima... kalau bisa melebihi harapan penggemar/penonton!. Satu kesalahan yang juga sering dilakukan oleh para penyanyi (dan manajemennya) adalah bersikap tidak profesional dalam harga. Misalkan, sudah ada deal dengan harga tertentu, namun dibatalkan hanya karena ada penawaran lain dengan harga yang lebih menarik. Sesaat, nampaknya hal itu bisa mendongkrak harga penyanyi yang bersangkutan. Tapi sesungguhnya yang sedang terjadi adalah penyanyi itu meng-erosi harga (diri)nya sendiri.

Place
Sebagaimana umumnya suatu merek, Vidi juga pasti punya segmentasi pasar berdasarkan type konsumen dan type dia (suara, lagu) sendiri. Tampil di ajang musik bergengsi seperti Java Jazz bisa diimbangi dengan penampilan dengan tarif ”merakyat” misalkan di Pensi sekolah-sekolah, akan menghasilkan image penyanyi yang berkualitas sekaligus terjangkau dan bersahabat.

Promo
Seperti yang tadi telah dikatakan oleh Mbak Vivid, media merupakan support yang penting dalam membesarkan seorang penyanyi. Gunakan semua media yang ada untuk mengamplifikasi brand image : Above the Line (media cetak, elektronik & TV), Below the Line (kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan konsumen/penggemar/penonton) ataupun juga On the Line (internet, sms, dan creative media lainnya).


Positioning + Period
Banyak yang menafsirkan positioning ini sebagai salah satu yang kaku dan sama terus menerus. Dengan alasan, takut orang akan mencapnya sebagai tidak memiliki positioning yang jelas, tidak konsisten atau bahkan tidak berkarakter. Positioning ini bersifat liquid, dan bergerak mengikuti arus jaman. Terlebih jika kita berbicara mengenai musik, hal yang tiak pernah terbebas dari dimensi ruang & waktu/jaman.
Segala sesuatu itu pasti ada masanya. Apa yang sangat disukai saat ini bisa menjadi yang menggelikan atau bahkan memuakkan di masa yang lain. Pasti ada pasang surut, apalagi penyanyi remaja yang jumlahnya saat ini sangat banyak! Tapi tidak berarti bahwa tidak ada cara untuk mengatasi penyakit ”hilang seiring waktu”
Salah satu contoh jelas mengenai hal ini adalah kecerdikan Jikustik dalam membaca selera pasar. Sadar bahwa lagu-lagunya yang ’melo’ punya banyak saingan, mereka meluncurkan album dengan irama disko yang upbeat, dan.... sukses! Beberapa orang bilang musiknya ’aneh’, tapi banyak orang bilang musiknya fresh, muda, sangat ’kini’ dan juga unik! Kalu Vidi sudah berhasil meng’kini’kan lagu Nuansa Bening, pasti dia juga bisa meng’kini’kan dirinya sendiri pada saatnya nanti!

Saya termasuk di antara orang-orang yang berkeyakinan bahwa Vidi nanti akan sehebat Afgan, atau bahkan bisa juga lebih! Tapi semua itu perlu usaha keras & strategi yang jitu dari diri Vidi & manajemennya. Bravo!

4 komentar:

KKSafa mengatakan...

SETUJU!!!

Pasti VD bisa melebihi Afgan!!
saya sbg anggota Vidies, bangga dengan kak VD yang sangat sederhana dan bersahabat...

puji luph afgan mengatakan...

klu leh coment , kaeanya c bgusan ka afgan kmna mna x . hehehe . . scra ka afgan tuh swaranya krent bizz . . gantengg pla ag , , , ,

shaauliART mengatakan...

ya, jelas lebih bagus VD, dari kualitas vokal aja udah keliatan beud...
sekarang baru keluarin 1 single aja udah top abesh apa lagi nanti..
he...he...
tanks ya udah boleh comment

danilafganisme mengatakan...

afgan dunks !!! vd mah bken bosen mukanya kaya josua dekil gitu dech! buat sha-rha denger baek2 suara vd, pst vibra nya lebay , aq tao itu karna aq dulunya vidies sekarang gak lg , aq skrng afganisme!